Lalu bagaimana solusinya? Kita sebaiknya mengubah plan keuangan kita. Langkah pertamanya adalah berdamai dengan diri sendiri dan diri kita dengan uang. Kok? Lha, contoh mudahnya, kita saja tidak ingin berdekatan dengan orang yang tidak kita suka, setuju? Jika kita tidak suka dengan uang mana bisa uang dekat dengan kita? Lebih parah lagi jika kita tidak suka dengan diri kita.
Saran jitu dari saya adalah mengubah dan mengedukasi ulang pemahaman akan uang melalui proses terapi, ini cara tercepat. Jika ini cara tersebut belum memungkinkan gunakanlah afirmasi (mengulang kata-kata positif, sesering dan sebanyak mungkin) dan visualisasi (membayangkan kehidupan yang Anda inginkan). Ingat kekayaan tidak berada di tempat jauh (seperti kisah orang yang mencari harta karun), tetapi ada di dalam pikiran Anda aˆ“ menunggu untuk ditemukan. Karena itu pahamilah pikiran Anda terlebih dulu. Anda harus lebih bahagia dengan diri Anda sendiri dan merasa benar-benar lebih kaya dalam hidup Anda. Jangan menjadi orang kaya yang menderita aˆ“ jalani hidup dengan kebebasan, keterampilan seni dan kebahagiaan. Saat Anda bertambah kaya, dunia menjadi tempat lebih baik dan memproses kekayaan itu adalah proses didalam diri kita, dan pekerjaan yang dimulai didalam diri bukan diluar diri kita.
Jadikan Uang Bekerja Untuk Kita
Mengelola keuangan keluarga gampang-gampang susah. Gampang kalau pendapatan kita tak terbatas dan susah kalau untuk hidup sehari-hari saja rasanya kurang. Lepas dari gampang atau susah, keuangan keluarga harus dikelola dengan benar, kalau tidak mau terjebak dalam pelbagai kesulitan. Terlebih di masa-masa sulit seperti ini.
Jadikan Uang Bekerja Untuk Kita
Sekitar empat tahun lalu, ketika sedang berjalan-jalan di sebuah mal di Jakarta, asyik melihat-lihat toko-toko yang ada, saya seperti tersadar pada sesuatu. Mal aˆ“ di mana pun itu aˆ“ tak lain tak bukan seperti sebuah pasar. Tempat bertemunya penjual dan pembeli! Seketika saya sadar, ke mana pun saya pergi, orang-orang di sekitar kita sebetulnya penjual, yang sedang berusaha memindahkan uang dari dompet kita ke dompet mereka.
Masalahnya, kita tidak sadar bahwa dalam sehari kita sering melakukan transaksi pemindahan uang dari dompet kita ke dompet orang lain dengan sangat cepat. Betul, beberapa dari transaksi itu memang betul kita butuhkan. Seperti membeli sembako, membayar uang parkir, membayar uang sekolah, sampai membayar listrik dan telepon. Akan tetapi yang menarik, sering beberapa transaksi yang kita lakukan tidak selalu untuk mendapatkan barang yang kita butuhkan. Misalnya, membeli ponsel terbaru yang kecanggihannya terlalu maju untuk zamannya sehingga banyak fitur-fitur di dalamnya tidak berguna padahal itu membikin ponsel bertambah mahal.
Padahal, dalam pembelanjaan kita harus membedakan kebutuhan dan keinginan. Sebenarnya mudah mengetahui perbedaan antara keinginan dan kebutuhan. Kebutuhan itu sesuatu yang harus dipenuhi, sedangkan keinginan tidak; Kebutuhan tidak selalu Anda inginkan, sementara keinginan tidak selalu Anda butuhkan; Kebutuhan umumnya ada batasnya, sementara keinginan umumnya tidak ada batasnya. Namun, justru keinginanlah yang sering membuat gaji seseorang ludes.
Mungkin Anda kemudian bertanya: bagian mana dari pengeluaran kita yang sebetulnya merupakan kebutuhan, dan bagian mana dari pengeluaran kita yang merupakan keinginan?
Kalau Anda coba merinci pos-pos pengeluaran setiap bulannya, saya berani mengatakan bahwa setiap orang umumnya memiliki pos pengeluaran yang cukup banyak: sekitar 20 aˆ“ 30 pos pengeluaran. Yang mana kebutuhan dan yang mana keinginan sugar daddies Colorado Springs CO?
Saran saya, cobalah kelompokkan semua pos pengeluaran Anda menjadi empat bagian: (1) pos pengeluaran yang berkaitan dengan biaya hidup; (2) pos pengeluaran yang berkaitan dengan pembayaran cicilan utang; (3) pos pengeluaran yang berkaitan dengan premi asuransi; (4) pos-pengeluaran yang berkaitan dengan setoran tabungan.
Dari keempat kelompok pengeluaran itulah Anda harus melakukan skala prioritas. Saran saya, prioritaskan pembayaran cicilan utang terlebih dahulu. Kemudian disusul setoran tabungan rutin. Lalu ketiga adalah premi asuransi. Terakhir biaya hidup. Ini adalah pengetahuan dasar tentang pembelanjaan yang harus dimiliki sebelum Anda mempelajari hal lain tentang pembelanjaan.